Budaya DKI Jakarta
Banyak
budaya yang perlu kita ketahui dari Ibukota tercinta DKI Jakarta ini.
Mari kita bahas mengenai adat pernikahan dan budaya yang khas dari kota
ini.
Gaun Pengantin adat Betawi
LAMARAN
Adat pernikahan Jakarta asli berdasarkan adat Betawi dan dimulai dengan masa berpacaran atau biasa disebut dengan ngelancong. Bila
kedua sejoli telah sepakat untuk melangsungkan pernikahan, maka pihak
lelaki mengirim utusan untuk mmelamar si gadis. Utusan disertai uang
tanda jadi atau seliran.
Pihak lelaki, kemudian melanjutkan upacara dengan ngebesan, yaitu
upacara pemberian pending atau ikat pinggang kepada orangtua sang dara.
Saat upacara sang pemuda ikut dihadirkan, maka sejak itu pula kedua
sejoli telah resmi bertunangan. Upacara diramaikan dengan membunyikan
petasan. Selanjutnya, keluarga kedua belah pihak menetapkan rencana
pernikahan serta pelaksanaannya.
UPACARA PERNIKAHAN
Upacara
pernikahan berlangsung di rumah orangtua sang dara. Rombongan keluarga
lelaki mengarak mempelai lelaki menuju rumah mempelai wanita diiringi
musik rebana atau ketimpring yang khas Betawi. Setibanya di rumah
pengantin wanita, pihak wanita menyambut rombongan pengantin pria dengan
bunyi petasan kurang lebih lima belas menit. Setelah itu, mereka
memperkenankan pengantin pria ke dalam. Pengantin pria harus membaca
dulu ayat-ayat Al-Qur'an sebelum keluarga mempersandingkan kedua
mempelai di pelaminan.
Setelah
membaca ayat-ayat Al-Qur'an, pihak mempelai lelaki menyerahkan karangan
bunga. Acara ini dilanjutkan oleh mempelai wanita dengan membaca pula
ayat-ayat Al-Qur'an sebagai balasan. Kemudian, barulah kedua mempelai
dipersandingkan di pelaminan yang dilanjutkan dengan pesta pernikahan.
Pesta ini dimeriahkan dengan hiburan orkes Melayu atau keroncong, juga
tari topeng, joged, dan lenong.
Setelah
itu, pengantin pria pulang kembali ke rumahnya dan akan kembali ke
rumah pengantin wanita pada hari-hari berikutnya. Upacara ini disebut negor. Pada upacara ini, pengantin pria diantar oleh beberapa pengiring lelaki, yaitu para sahabat mempelai pria.
Setelah
larut malam, para pengiring pengantin pria tadi pulang ke rumah, dan
pengantin pria akan tinggal menginap di rumah pengantin wanita sebagai
suami istri dan tinggal di sana selama 40 hari. Kemudian, suami istri
itu pindah tinggal di rumah orangtua sang lelaki sampai mereka mempunyai
rumah sendiri.
PAKAIAN PENGANTIN
Pengantin
pria Betawi memakai celana panjang dan berbaju jubah. Ia juga memakai
kopiah haji yang dililit sorban putih beserta untaian bunga melati.
Pengantin
wanita Betawi memakai penutup muka atau cadar dan bermahkota kembang
goyang. Baju yang dikenakan pengantin wanita adalah kebaya panjang
bertabur suji emas dan memakai pending emas atau perak.
ONDEL-ONDEL BETAWI
Ondel-ondel
merupakan sosok boneka dengan ukuran yang sangat besar, tampak bagaikan
raksasa dengan raut muka seram. Ondel-ondel biasanya berpasangan,
perempuan dan lelaki. Keduanya diarak-arak pada upacara pengantin sunat.
Suasana sangat meriah, diramaikan dengan berbagai bunyian musik seperti
gambang kromong, qasidah, tanjidor, ataupun gendang pencak. Tidak
mengherankan bila ondel-ondel ini selalu menarik perhatian anak-anak,
dan mereka dengan serte merta mengikuti arakan ini. Sekali-sekali tampak
mereka lari pontang-panting bila ondel-ondel menyerbu ke tengah-tengah
penonton.
Menurut
kepercayaan zaman dulu, ondel-ondel merupakan penjelmaan dewa-dewi
Penguasa alam yang melindungi pengantin sunat atau mereka yang
berhajatan dari mara bahaya atau roh jahat. Ondel-ondel digambarkan
sebagai raksasa yag perkasa. Gerak langkahnya kaku dan tangannya
terkulai saja, karena ondel-ondel terbuat dari bahan bambu. Sosok badan
ondel-ondel diberi baju seperti manusia. Wajahnya terbuat dari topeng
kayu dan rambutnya dari ijuk.
Ondel-ondel
lelaki memakai golok di pinggang serta kain yang diselempangkan di
badan, sedangkan ondel-ondel perempuan memakai anting-anting,
rumbai-rumbai kertas berwarna-warni di kepalanya, dan sehelai kain
tampak diselempangkan di badannya. Ondel-ondel dijalankan oleh orang
dewasa yang masuk dari bawah kerangka ondel-ondel. Pada masa sekarang,
mereka banyak pula menghadirkan ondel-ondel pada upacara-upacara resmi,
seperti menyambut tamu-tamu agung pada pembukaan suatu proyek dan
sebagainya.
sumber :
buku "RAGAM BUDAYA DAERAH"
penerbit: Bahtera Jaya