Saatnya Persib Bandung Juara?


Saatnya Persib Bandung Juara?

Pesepak bola Persebaya Surabaya, Alfin Tuasalamony (tiga kiri) dihadang pesepak bola Persib Bandung, Vladimir Vujovic (kedua kiri) dan M. Agung Pribadi (kanan) dalam pertandingan babak delapan besar kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2014 di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Selasa (14/10). Persebaya Surabaya bermain imbang dengan Persib Bandung dengan skor 1-1. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/ss/1pd/4Pesepak bola Persebaya Surabaya, Alfin Tuasalamony (tiga kiri) dihadang pesepak bola Persib Bandung, Vladimir Vujovic …
                                                             Oleh: Yoga Cholandha

Sudah genap dua dasawarsa sejak Sang Pangeran Biru terakhir kali merasakan nikmatnya menjadi juara Liga Indonesia. Untuk klub sebesar Persib Bandung, penantian tersebut sebetulnya sudah terlalu lama dan agak sulit ditolerir. Pelbagai upaya telah dikerahkan, termasuk dengan mendatangkan pemain-pemain kelas satu Indonesia serta pemain-pemain asing berkualitas, namun keberuntungan seperti tak kunjung berpihak pada klub yang berdiri tahun 1933.

Musim ini, kesempatan tersebut terbuka lebar. Persib Bandung kini sudah memijak empat besar Liga Super Indonesia setelah mampu keluar menjadi juara Grup L pada 8 besar. Persib memuncaki grup dengan poin 13 poin setelah mampu memenangi dua laga kontra Mitra Kukar, satu laga kontra Persebaya 2010, dan satu laga kontra tetangga mereka, Pelita Bandung Raya. Persib hanya dua kali kehilangan angka, yakni ketika ditahan imbang Persebaya 2010 serta kalah dari Pelita Bandung Raya pada pertandingan terakhir yang sudah tak menentukan lagi bagi mereka.
Pada partai semifinal nanti, Persib akan berhadapan dengan Arema Cronus yang menjadi runner-up Grup K. Partai ini sudah dapat dipastikan akan berjalan alot mengingat kekuatan kedua tim di atas kertas sangat berimbang. Meski begitu, jika kita menilik hasil pertandingan wilayah Barat, Persib boleh lebih diunggulkan, karena mereka unggul secara head-to-head atas Arema.
Pada pertandingan pertama di Stadion Si Jalak Harupat, Persib berhasil menaklukkan Arema dengan skor 3-2. Ketika itu, tiga gol dari Supardi, Firman Utina, dan Makan Konate berhasil membalikkan keunggulan 0-2 Arema pada babak pertama menjadi 3-2. Sementara itu, pada laga kedua di Stadion Kanjuruhan, Persib harus puas berbagi angka dengan tim tuan rumah. Ketika itu, dua gol Gustavo Lopez membuat keunggulan dua gol Persib yang kesemuanya dicetak Ferdinand Sinaga menjadi tak berarti.

Pesepakbola Persib Bandung, Ferdinand Sinaga (kanan) berebut bola dengan pesepakbola Mitra Kukar, Reinaldo Lobo (kiri) dalam lanjutan Indonesia Super League di Stadion Jalak Harupat kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (26/10). Persib berhasil mengalahkan Mitra Kukar dengan skor 2-1. FOTO/Agus Bebeng/ss/pd/14Pesepakbola Persib Bandung, Ferdinand Sinaga (kanan) berebut bola dengan pesepakbola Mitra Kukar, Reinaldo Lobo …

Selain faktor keunggulan head-to-head atas Arema (yang sebetulnya relevansinya sangat rendah tersebut), ada empat faktor lain yang membuat Persib Bandung layak difavoritkan untuk menjadi juara Liga Super Indonesia musim ini. Pertama, skuat mereka yang tidak banyak berganti dari musim ke musim. Kedua, soal transfer pemain yang tepat. Ketiga, faktor Ferdinand Sinaga, dan terakhir, soal bagaimana para pemain pelapis bisa bersinar di saat yang tepat.
Sebagian besar pemain kunci Persib Bandung sudah menjadi penghuni klub setidaknya lebih dari dua musim. Nama-nama seperti I Made Wirawan, Shahar Ginanjar, Supardi Nasir, Firman Utina, dan Muhammad Ridwan sudah berada di Persib sejak tahun 2012. Sementara itu, pemain-pemain seperti Tony Sucipto, Atep, dan Hariono bahkan sudah lebih lama lagi berada di skuat Maung Bandung. Atep dan Hariono datang dari Persija Jakarta dan Deltras Sidoarjo pada tahun 2008, sementara Toncip, sapaan akrab Tony Sucipto, didaratkan dari Persija pada 2011.
Kebersamaan tim seperti ini boleh jadi merupakan hal yang masih sedikit langka di liga Indonesia, mengingat kebanyakan tim masih menggunakan sistem kontrak tahunan dan pembubaran tim pada akhir musim. Hal ini merupakan modal penting tersendiri dalam mengarungi kompetisi. Terbangunnya saling pengertian yang kuat, seperti yang kerap kita saksikan pada duet Supardi – M. Ridwan di sisi kanan permainan Persib, merupakan nilai tambah yang membuat Persib layak untuk dijagokan menjadi juara Liga Super Indonesia.
Kemudian, pada awal musim, manajemen Persib memutuskan untuk mendatangkan lima pemain anyar dalam diri Makan Konate, Djibril Coulibaly, Vladimir Vujovic, Muhammad Taufiq, dan Ahmad Jufriyanto. Empat dari lima pemain tersebut kemudian menjadi pemain-pemain kunci yang diandalkan pelatih Jajang Nurjaman sepanjang musim. Djibril Coulibaly, penyerang haus gol Barito Putra musim lalu, menjadi pemain dengan nasib ‘terburuk’. Sempat diputus kontrak akibat cedera, Coulibaly yang kemudian dikontrak kembali gagal memikat hati sang pelatih yang akhirnya lebih suka memainkan Ferdinand Sinaga.
Makan Konate adalah gelandang box-to-box yang memiliki daya jelajah tinggi, serta kemampuan mencetak gol yang mumpuni. Ia adalah katalis serangan Persib yang mampu memberi tenaga serta elemen kejut tersendiri bagi lini tengah serta lini depan Pangeran Biru. Hingga kini, gelandang asal Mali sudah mencetak 12 gol. Catatan ini menjadikannya sebagai gelandang tersubur Liga Super Indonesia musim ini.

Pesepakbola Persib Bandung, Makan Konate (10), dihadang oleh dua pesepakbola Pelita Bandung Raya (PBR), Kim Jefri Kurniawan (kanan) dan Dias Angga Putra (kiri), saat laga lanjutan Delapan besar Indonesian Super League (ISL) di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/10). Pada pertandingan tersebut, PBR berhasil mengalahkan Persib dengan skor akhir 2-1 sekaligus memastikan posisi PBR lanjut ke babak semifinal ISL bersama Persib yang berada pada peringkat pertama. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/ed/nz/14Pesepakbola Persib Bandung, Makan Konate (10), dihadang oleh dua pesepakbola Pelita Bandung Raya (PBR), Kim Jefri …

Kemudian, duet Vladimir Vujovic dan Ahmad Jufriyanto seperti menjadi solusi instan bagi pertahanan Persib yang sebelumnya seperti sulit sekali menemukan perpaduan lini belakang yang pas. Baik Vujovic maupun Jupe, sapaan akrab Ahmad Jufriyanto, adalah pemain-pemain modern dengan kecerdasan taktikal tinggi yang mampu membaca arah permainan dengan baik. Selain itu, kedua bek ini juga memiliki visi bermain yang bagus sehingga memungkinkan Persib untuk membangun serangan dari lini belakang dengan apik.
Vladimir Vujovic adalah pengganti yang sangat tepat untuk Nasser Al-Sebai. Al-Sebai sebetulnya tidak buruk, namun, bek asal Syria tersebut kurang mampu membangun serangan dari belakang. Hal itulah yang kemudian dilengkapi Vujovic pada musim ini. Selain itu, kemampuan bola-bola atas Vujovic, khususnya pada situasi set piece membuatnya mampu menjadi alternatif serangan tersendiri. Sementara itu, Jufriyanto yang awalnya diplot menjadi gelandang bertahan, dikenal memiliki tendangan jarak jauh yang bagus. Kemampuan-kemampuan ekstra seperti ini sangat memperkaya permainan Persib dan oleh karena itu, mereka pun menjadi tak tergantikan.

Pesepakbola Persib Bandung, Atep (7) berebut bola dengan pesepakbola Persebaya Surabaya, Okzone (44) dalam lanjutan Indonesia Super League di Stadion Jalak Harupat kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (22/10). Persib mengalahkan Persebaya dengan skor 3-1. ANTARA FOTO/Agus Bebeng/ss/mes/14Pesepakbola Persib Bandung, Atep (7) berebut bola dengan pesepakbola Persebaya Surabaya, Okzone (44) dalam lanjutan …

Pemain baru terakhir yang tampil brilian sepanjang musim adalah Muhammad Taufiq. Tubuhnya kecil dan tidak mencerminkan sosok ideal seorang gelandang bertahan, namun pemain kelahiran Tarakan, 28 tahun silam, memiliki kecerdasan taktikal di atas rata-rata yang memungkinkan dirinya untuk memainkan pertahanan zonal dengan sangat baik. Gaya bermain pemain yang didatangkan dari Persebaya 1927 sedikit banyak mengingatkan saya pada Leon Britton di Swansea City, karena selain bagus dalam menjalankan pertahanan zonal, Taufiq juga memiliki kemampuan distribusi bola yang mumpuni. Pemain bertinggi 164 cm ini adalah pelengkap ideal bagi Hariono yang meski akurasi umpannya berkembang pesat, tetap saja lebih berkarakter destroyer.
Faktor berikutnya adalah kemampuan para pemain pelapis untuk tampil brilian tatkala para pemain kunci sedang absen atau menurun. Dua contoh paling kentara adalah Atep dan Ferdinand Sinaga. Atep, meskipun memiliki jabatan wakil kapten, bukan merupakan pemain inti Persib. Penampilan apik M. Ridwan di sayap kanan memaksa pemain kelahiran Cianjur ini merelakan posnya sebagai pemain inti. Namun, meski hanya berstatus sebagai pelapis, Atep mampu menjalankan peran M. Ridwan dengan sangat baik ketika pemain asal Semarang tersebut menunaikan ibadah haji baru-baru ini.
Hal yang sama terjadi pada Ferdinand Sinaga, yang sekaligus menjadi faktor keempat penampilan apik Persib musim ini. Dengan torehan 21 gol, Coulibaly adalah penantang serius Boaz Solossa dalam bursa pencetak gol terbanyak Liga Super Indonesia musim lalu bersama Sergio van Dijk. Namun, musim ini, kilau tersebut tak lagi terlihat akibat cedera engkel akut yang menderanya pada awal musim. Coulibaly gagal mengembalikan performanya seperti pada musim lalu. Ketidakberuntungan Coulibaly ini menjadi berkah bagi Ferdinand. Pemain didikan Persib junior ini justru mampu menjadi tumpuan lini depan Persib. Penampilan apik Ferdinand tersebut juga akhirnya diteruskan di level timnas ketika ia bersinar pada perhelatan Asian Games Incheon lalu.
Sebagai seorang penyerang, Ferdinand merupakan paket komplet. Ia cepat, penuh tenaga, berdeterminasi tinggi, serta memiliki tendangan kaki kiri yang keras dan akurat. Selain itu, Ferdinand juga lihai bermain di pos penyerang tengah, maupun penyerang sayap. Mobilitas yang tinggi ini membuat serangan Persib menjadi lebih cair dan memiliki banyak opsi. Sampai saat ini, Ferdinand sudah mencetak 11 gol dan menjadi pencetak gol terbanyak kedua Persib setelah Konate. Bandingkan dengan Coulibaly yang hanya sanggup mengemas 8 gol. Gaya bermain serta ketajaman Ferdinand inilah yang sanggup menjadi faktor pembeda bagi Persib.
Dengan empat faktor yang telah dijabarkan di atas, tentu Persib layak apabila disebut sebagai calon kuat juara Liga Super Indonesia. Namun, itu semua akan tidak ada artinya apabila mereka gagal melewati hadangan Arema Cronus. Musim ini seharusnya menjadi momentum yang sangat pas bagi Maung Bandung. Hanya ada dua pertandingan yang memisahkan Persib dari gelar juara Liga Super Indonesia. Kunci utamanya adalah menjaga fokus dan menjaga moral skuat agar tetap tinggi. Dengan materi pemain yang tak perlu dipertanyakan lagi, apabila Persib mampu menjaga fokusnya, gelar juara takkan sekadar ‘milik kita tahun depan’ lagi. ( Yoga Cholandha)
Bagikan berita :
 
Supported by : Creating Website | MENOREH . Net - Media Partner
Copyright © 2013. Rino Boutique - All Rights Reserved
Created by News BUANA.Com
KONTAK REDAKSI