Kesenian Tradisional di Jabar
Sejumlah Kesenian Tradisional di Jabar Nyaris Punah
Bandung, BUANA POST. Com.
Kesenian tradisional teater dan
sandiwara rakyat dari rumpun seni tutur tradisional menjadi bagian dari
10 persen kesenian tradisional yang punah. Tidak kurang dari 40 kesenian
tradisional Jawa Barat dari 243 jenis kesenian terancam punah.
“Ada banyak penyebab punahnya kesenian
tradisional di Jawa Barat. Selain karena tokohnya meninggal dunia,
kesenian sudah tidak mendapat tempat ataupun tidak ditanggap
masyarakatnya serta kalah dengan kesenian yang berkembang saat ini,”
demikian dikatakan oleh Drs Nunung Sobari, MM Kepala Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Jawa Barat.
Kesenian yang terancam punah
menurut Nunung kebanyakan berupa seni teater dan sandiwara rakyat, reog,
masres dan sebagainya. "Jika tidak ada upaya dari masyarakat maupun
pemerintah daerah, seni yang terancam punah ini justru akan punah. Oleh
karena itu, Disparbud Jabar (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa
Barat-red) melalui Balai Taman Budaya Jabar melakukan program pewarisan
seni dan revitalisasi seni." tutur Nunung.
Lebih jauh dikatakan Nunung bahwa
untuk menangani kepunahan sejumlah kesenian tradisional, Disparbud Jabar
melalui BPTB Jabar (Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat-red)
melakukan program revitalisasi dan pewarisan. Program pewarisan yang
diselenggarakan sejak tahun 2005 hingga 2011 telah merevitalisasi 11
kesenian tradisional. "Tahun 2012 ada tiga kesenian yang masuk program
revitalisasi dan 13 kesenian masuk program pewarisan."ujar Nunung.
Kesenian tradisional yang berhasil
direvitalisas menurut Nunung meliputi kesenian Topeng Lakon (Kab.
Cirebon), Gondang Buhun (Kab. Ciamis), Angklung Badud (Kota
Tasikmalaya), Parebut Seeng (Kab. Bogor), Goong Kaman (Kab. Bekasi),
Cokek (Kab. Bekasi), Gamelan Ajeng (Kab. Karawang), Topeng Menor (Kab.
Subang), Randu Kentir (Kab. Indramayu), Seni Uyeg (Kota Sukabumi) dan
Ketuk Tilu Buhun (Kota Bandung). “Dari kesebelas kesenian yang punah dan
nyaris punah, kesenian Uyeg pada masa kerajaan Padjajaran abad ke 15
yang paling tua, dan tahun ini ada empat yang masuk program
revitalisasi,” papar Nunung.
Dikatakan Nunung bahwa selain
kendala tokoh maupun pelaku seni, kendala anggaran menjadi penyebab
tersendatnya upaya-upaya pelestarian kesenian tradisional. Setiap
tahunnya Disparbud melalui BPTB Jabar baru hanya mampu menjalankan
program revitalisasi antara tiga hingga lima kesenian tradisional.
"Sementara program pewarisan yang baru dilaksanakan tahun 2011 hingga
tahun ini direncanakan 23 kesenian,” katanya.
Namun demikian menurut Nunung bahwa
program pewarisan dan revitalisasi yang dilaksanakan Disparbud Jabar
melalui BPTB Jabar selain berhasil menyelamatkan kesenian tradisional,
juga mengangkat tokohnya serta menghidupkan kembali perekonomian para
pelakunya. "Contohnya sepertikesenian tradisional Parebut Seeng yang
kini sudah difestivalkan untuk menumbuhkan rasa cinta berkesenian di
masyarakat, juga mampu menghidupkan pengrajin alat kesenian yang
dipergunakan serta lainnya." tandas Drs Nunung Sobari, MM Kepala Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, pada acara Forum Diskusi Wartawan
Bandung, yang di gelara di Toko Yu, Jalan Hasanudin Bandung, Jawa Barat
pada hari Rabu 22 Februari 2013. (Dandan).